Hari Waisak, Momen Sakral Merenungkan Ajaran Sang Buddha yang Menekankan Cinta Kasih

346
Yulius Selvanus saat menghadiri hari raya suci Waisak ke 2569 di Arama Kebun Kesadaran Kolongan, Minahasa Utara, Senin (12/05/2025). (ist)

MINUT – Gubernur Sulawesi Utara Mayjen TNI (Purn) Yulius Selvanus sangat senang dengan toleransi umat beragama di Sulawesi Utara. Hal ini terlihat saat hari raya suci Waisak ke 2569 ini semua agama turut hadir.

Hal tersebut ditegaskan gubernur di sela pengresmian pembangunan 108 Rupang Buddha di Arama Kebun Kesadaran Kolongan, Minahasa Utara, Senin (12/05/2025).

“Terima kasih, kerukunan umat beragama di Sulut harus kita pertahankan, jaga rawat bersama, hormat menghormati satu dengan lainnya,” imbau gubernur.

Waisak sendiri dikenal sebagai hari suci umat Buddha untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddhartha Gautama, yaitu kelahiran, pencapaian kesempurnaan, dan wafatnya.

“Hari Waisak merupakan momen sakral untuk merenungkan kembali ajaran-ajaran luhur Sang Buddha yang menekankan cinta kasih, kebijaksanaan, dan hidup penuh kedamaian,” ujarnya.

Gubernur juga menegaskan pentingnya menjaga kerukunan umat beragama sebagai warisan berharga Sulut.

“Kerukunan ini harus kita pelihara, jaga, dan rawat bersama. Mari kita terus saling hormat-menghormati, karena inilah kekuatan kita,” tambahnya..

Proyek pembangunan 108 Rupang Buddha di Arama Kebun Kesadaran Kolongan dimulai pada Januari 2021 dan kini telah rampung, menjadi salah satu destinasi spiritual yang menakjubkan di Sulut.

Sebanyak 108 patung Buddha, yang masing-masing identik dalam tinggi, bentuk, dan gaya, berdiri megah sebagai representasi nilai-nilai luhur agama Buddha.

Rupang Buddha bukan sekadar karya seni, melainkan simbol spiritual yang sarat makna.

Dalam ajaran Buddha, rupang ini digunakan sebagai objek penghormatan, meditasi, dan pengingat akan ajaran Sang Buddha. Setiap posisi dan ekspresi rupang memiliki makna mendalam:
– Ketenangan: Rupang Buddha dalam posisi duduk dengan mata tertutup melambangkan kedamaian batin dan meditasi.
– Kebijaksanaan: Posisi tangan tertentu pada rupang duduk menggambarkan pengetahuan dan pencerahan.
– Kasih Sayang: Rupang berdiri dengan tangan terbuka mencerminkan pengampunan dan cinta kasih universal.

keberadaan 108 Rupang Buddha ini menjadi pengingat akan ajaran inti Buddha, seperti Dhamma (jalan menuju pencerahan), Karma (hukum sebab-akibat), dan Nirwana (kebebasan dari siklus kelahiran dan kematian).

Angka 108 sendiri memiliki makna khusus dalam tradisi Buddha, melambangkan jumlah nafsu duniawi yang harus diatasi untuk mencapai pencerahan. (ben)