Oleh:
1. Radjab Djamali, Dosen Pembimbing Jurusan Pariwisata Polimdo
2. Virginnia Christy N. Mamondol, Mahasiswi Jurusan Pariwisata Program Studi Usaha Perjalanan Wisata Polimdo
3. Arthur Lumataw SE MM
PARIWISATA menjadi salah satu sektor strategis dalam meningkatkan pendapatan baik bagi masyarakat maupun negara.
Objek wisata sendiri merupakan lokasi yang menarik untuk dikunjungi karena memiliki daya tarik, baik alami maupun buatan. Daerah dengan potensi wisata perlu memiliki ciri khas yang membedakannya dan menarik perhatian wisatawan.
Kualitas destinasi wisata tidak hanya bergantung pada kondisi fisik lokasi, tetapi juga pada kelengkapan fasilitas, pelayanan, jasa, strategi promosi, dan kemudahan akses yang menunjang kenyamanan wisatawan.
Salah satu daerah yang memiliki kekayaan wisata alam adalah Kabupaten Minahasa Utara, terutama dengan keberadaan hutan mangrove.
Mangrove Park yang berada di Desa Wori merupakan objek wisata baru yang resmi dibuka pada bulan September 2024 dan mulai dibuka untuk umum pada Maret 2025.
Tempat ini mengusung konsep ekowisata dengan ekosistem hutan mangrove sebagai daya tarik utama. Keberadaan destinasi ini merupakan hasil inisiatif masyarakat setempat yang berupaya mengelola potensi alam yang dimiliki desa mereka.
Salah satu atraksi menarik yang ditawarkan adalah Dermaga Tiga Dimensi, sebuah ide yang dicetuskan oleh kepala desa setelah terinspirasi dari kunjungannya ke sejumlah objek wisata bertema tiga dimensi seperti museum dan bangunan serupa.
Dermaga tersebut kemudian dibangun di atas area mangrove dengan konsep yang sama. Di pintu masuk kawasan wisata ini, pengunjung akan disambut dengan tugu berbentuk kerang yang merepresentasikan mata pencaharian masyarakat Wori di masa lalu.
Tarif masuk objek wisata ini dibedakan berdasarkan asal pengunjung, yakni Rp5.000 bagi warga Desa Wori dan Rp10.000 untuk pengunjung dari luar desa.
Fasilitas yang tersedia cukup lengkap, meliputi area swafoto, kolam renang, gazebo untuk bersantai, serta pusat kuliner yang menyajikan hidangan khas Sulawesi Utara hasil olahan para pelaku UMKM lokal.
Selain itu, wisatawan juga bisa menikmati pertunjukan musik langsung pada malam hari yang semakin memperkaya pengalaman berwisata. Kendati memiliki potensi wisata yang besar, Mangrove Park di Desa Wori masih kurang dikenal oleh masyarakat luas.
Hal ini disebabkan oleh minimnya upaya promosi yang dilakukan baik oleh warga maupun pengelola. Banyak wisatawan yang belum mengetahui keberadaan tempat ini.
Berdasarkan kondisi tersebut, penulis memutuskan untuk mengangkat topik ini dalam Tugas Akhir dengan judul: “Deskripsi Wisata Mangrove Park di Desa Wori, Kabupaten Minahasa Utara.”
Bagi Penulis, penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat akademik untuk menyelesaikan studi pada jenjang Diploma III, Program Studi Usaha Perjalanan Wisata, Jurusan Pariwisata, Politeknik Negeri Manado.
Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bekal dalam menghadapi dunia kerja di bidang kepariwisataan.
Bagi Politeknik Negeri Manado, penulis berharap hasil Tugas Akhir ini dapat menjadi referensi atau sumber pembelajaran yang bermanfaat dalam kegiatan perkuliahan, baik di tingkat institusi Politeknik Negeri Manado secara keseluruhan maupun khususnya di Jurusan Pariwisata.
Selain itu, karya ini juga diharapkan dapat menambah koleksi literatur di perpustakaan sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa lainnya.
Secara umum, pariwisata merupakan bentuk aktivitas perjalanan yang dilakukan seseorang dari tempat tinggalnya menuju suatu destinasi lain dengan berbagai tujuan, seperti rekreasi, hiburan, relaksasi, atau bahkan urusan pekerjaan.
Terkait objek wisata merupakan wujud dari kreativitas dan ciptaan manusia yang merepresentasikan unsur seni, budaya, sejarah, serta cara hidup masyarakat di suatu daerah.
Menurut Harahap (2020), objek wisata adalah lokasi yang memiliki daya tarik bagi wisatawan dan mampu memberikan pengalaman menyenangkan melalui pesona alam, karya buatan manusia, kekayaan budaya, maupun nilai-nilai historis yang dimilikinya.
Sebagai elemen penting dalam ekosistem pesisir, hutan mangrove memainkan peran penting secara ekologis dan ekonomis, seperti menjaga garis pantai, menjadi habitat bagi berbagai jenis fauna, serta mendukung keseimbangan ekosistem.
Sementara itu, Sumarhani (1994) menyatakan bahwa hutan mangrove memiliki berbagai manfaat yang mencakup aspek fisik, ekonomi, dan biologi. Dari sisi fisik, hutan mangrove berfungsi dalam menjaga kestabilan garis pantai, melindungi wilayah pesisir dari abrasi, menjadi penahan alami terhadap intrusi air laut ke daratan, serta membantu dalam proses penguraian limbah.
Secara ekonomis, mangrove menyediakan berbagai hasil sumber daya alam seperti kayu untuk bangunan, bahan bakar, dan arang, serta mendukung sektor pertanian, perikanan, hingga industri seperti pembuatan keripik, pulp, dan kertas.
Sedangkan dari aspek biologis, ekosistem mangrove menjadi tempat berkembang biaknya berbagai organisme laut seperti ikan, udang, dan kerang, tempat bersarangnya burung, serta menjadi sumber penting keanekaragaman genetik (plasma nutfah).
Dermaga
Asiyanto (2008) menyatakan bahwa dermaga merupakan salah satu elemen dari fasilitas pelabuhan yang berfungsi sebagai tempat bersandarnya kapal untuk melakukan aktivitas bongkar muat barang serta menaikkan dan menurunkan penumpang.
Dalam pandangan Bambang (2010), dermaga adalah infrastruktur pelabuhan yang dirancang untuk menunjang kelancaran proses logistik dan perpindahan penumpang. Selain itu, dermaga juga berperan sebagai lokasi tambat kapal agar seluruh kegiatan di pelabuhan dapat berlangsung secara efisien, aman, dan terorganisir.
Dimensi dan bentuk dermaga disesuaikan dengan karakteristik kapal dan jenis dermaga yang dibutuhkan.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wori Mangrove Park yang terletak di Desa Wori, Kecamatan Wori, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Kegiatan penelitian berlangsung selama satu bulan, yaitu mulai dari bulan Mei hingga Juni 2025.
Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi objek secara apa adanya dalam situasi yang alami.
Sugiyono (2022) menyatakan bahwa pendekatan deskriptif kualitatif digunakan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks alami, di mana peneliti berperan langsung sebagai instrumen utama dalam proses penelitian.
Data dikumpulkan melalui metode triangulasi, yaitu dengan mengombinasikan observasi, wawancara, dokumentasi, serta analisis data secara induktif.
Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu pendekatan yang bertujuan untuk menggambarkan dan mengumpulkan informasi secara terstruktur mengenai kondisi Objek Wisata Mangrove Park yang berlokasi di Desa Wori, Kabupaten Minahasa Utara.
Menurut John Tukey, analisis data mencakup proses penafsiran terhadap data yang telah dihimpun dan dianalisis, termasuk tahap awal seperti proses pengumpulan data, yang berperan penting dalam menentukan tingkat ketepatan hasil yang diperoleh.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan prosedur yang digunakan peneliti untuk memperoleh data yang relevan dan mendukung tercapainya tujuan penelitian.
Observasi
Menurut Sugiyono (2018), observasi merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data yang memiliki karakteristik unik dibandingkan metode lainnya. Metode ini tidak hanya digunakan untuk melihat perilaku manusia, tetapi juga dapat diterapkan pada objek-objek alam.
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan secara langsung di lapangan untuk mendapatkan gambaran nyata dan data faktual terkait objek yang diteliti.
Dokumentasi
Sugiyono (2018) menyatakan bahwa dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menghimpun berbagai sumber tertulis seperti arsip, buku, catatan, angka, gambar, laporan, dan dokumen lain yang dapat dijadikan sebagai bukti atau informasi pendukung dalam penelitian.
Wawancara
Yusuf (2014) menyebutkan bahwa wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang melibatkan komunikasi langsung antara peneliti dan informan melalui tatap muka, dengan tujuan menggali informasi secara mendalam yang relevan dengan topik penelitian.
Hasil dan Pembahasan
Wori Mangrove Park merupakan salah satu objek wisata yang terletak di Desa Wori. Kawasan ini diresmikan pada bulan September 2024 dan mulai terbuka untuk umum sejak Maret 2025. Pengelolaannya berada di bawah tanggung jawab Pemerintah Desa Wori. Luas wilayah wisata ini mencapai 30,6 hektar.
Untuk memasuki area tersebut, pengunjung dikenakan biaya retribusi sebesar Rp5.000 bagi warga lokal Desa Wori dan Rp10.000 bagi wisatawan dari luar desa.
Wori Mangrove Park buka setiap hari Selasa hingga Minggu, mulai pukul 10.00 sampai 22.00, sementara hari Senin ditetapkan sebagai hari khusus untuk kegiatan pembersihan area.
Selain sebagai destinasi rekreasi, hutan mangrove di kawasan ini juga berperan penting secara ekologis, seperti mencegah abrasi dan erosi pantai, menyaring polusi serta sedimen, dan menyediakan habitat alami bagi berbagai flora dan fauna.
Di samping nilai lingkungannya, kawasan ini juga memberikan manfaat ekonomi, seperti penyediaan bahan baku industri, sumber pangan, serta kontribusi terhadap pendapatan masyarakat setempat.
Dermaga
Perjalanan dari pusat Kota Manado menuju Desa Wori dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam menggunakan kendaraan darat.
Salah satu keunikan daya tarik Mangrove Park adalah keberadaan dermaga yang dilengkapi dengan lukisan tiga dimensi, memberikan pengalaman visual yang berbeda dibandingkan dengan objek wisata lainnya.
Dermaga ini memiliki panjang sekitar 120 meter, tinggi 1,78 meter, dan lebar 1,90 meter. Di sepanjang dermaga tersedia gazebo-gazebo yang dapat dimanfaatkan pengunjung untuk beristirahat.
Selain itu, terdapat kafe yang menyediakan berbagai pilihan makanan dan minuman dengan harga yang ramah di kantong.
Saat pengunjung tiba di gerbang masuk Mangrove Park, mereka akan disambut oleh sebuah tugu berbentuk kerang yang merepresentasikan mata pencaharian tradisional masyarakat Wori pada masa lalu.
Pintu masuk utama Mangrove Park dihiasi dengan tulisan “Welcome” serta ilustrasi berbagai jenis ikan. Tidak jauh dari lokasi tersebut, terdapat booth foto berbentuk paus, yang menjadi ikon dari mamalia laut dan biota laut di kawasan ini.
Di sebelah kiri booth, pengunjung akan menemukan sebuah aula dengan lantai bergambar biota laut dan mamalia laut. Untuk menjaga kebersihan area, setiap pengunjung yang ingin memasuki aula diwajibkan melepas alas kaki.
Sementara itu, di sisi kanan area masuk terdapat kolam renang dan beberapa gazebo yang dapat digunakan untuk bersantai sambil menikmati pemandangan sekitar dermaga.
Saat ini, pemerintah desa bersama pihak pengelola tengah membangun jalur kayu (track) yang difungsikan sebagai rute wisata menelusuri hutan mangrove, sekaligus sebagai spot untuk menyaksikan matahari terbenam.
Dari segi jumlah kunjungan, sekitar 60 wisatawan datang pada hari-hari biasa, dan jumlah tersebut dapat meningkat hingga 200 orang saat hari libur.
Monumen yang berada di pintu masuk dermaga tiga dimensi merepresentasikan mata pencaharian masyarakat Desa Wori pada masa lampau.
Selain sebagai lambang sejarah lokal, tugu ini juga menjadi simbol komitmen terhadap pelestarian ekosistem laut dan hutan mangrove.
Keberadaannya bertujuan untuk memberikan edukasi kepada pengunjung mengenai pentingnya menjaga lingkungan serta melestarikan keanekaragaman hayati.
Pintu masuk dermaga ini didesain menggunakan elemen-elemen tiga dimensi yang menghasilkan tampilan visual yang memikat, memberikan kesan seakan-akan pengunjung tengah berinteraksi langsung dengan unsur-unsur alam.
Aula ini dibuat dengan konsep tiga dimensi yang menghasilkan kesan ruang yang tampak lebih luas dan mendalam. Tampilan desainnya menyuguhkan pengalaman visual yang unik bagi para pengunjung. Selain itu, aula ini difungsikan sebagai tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan atau acara.
Booth foto ini merupakan salah satu daya tarik utama yang menjadi ikon bagi pengunjung untuk berfoto. Kehadirannya mampu menarik lebih banyak wisatawan untuk datang, sekaligus menikmati keindahan alam dan berbagai fasilitas yang tersedia.
Wori Mangrove Park dilengkapi dengan tujuh gazebo, terdiri dari tiga gazebo yang terletak di area pintu masuk dermaga dan empat lainnya berada di bagian dalam dermaga. Gazebo-gazebo ini difungsikan sebagai tempat istirahat bagi pengunjung, sekaligus sebagai tempat makan bagi mereka yang membeli hidangan dari kafe maupun kios yang tersedia di kawasan wisata ini.
Gazebo yang terletak di area dermaga memberikan tempat bagi pengunjung untuk bersantai sembari menikmati panorama alam yang indah.
Salah satu daya tarik buatan di Wori Mangrove Park adalah jalur atau jembatan kayu yang disediakan untuk memudahkan wisatawan menikmati pemandangan hutan mangrove dan matahari terbenam sambil menjelajahi kawasan wisata. Fasilitas ini dapat digunakan secara gratis tanpa dikenakan biaya.
Untuk kenyamanan pengunjung yang berada di area dermaga, telah disediakan fasilitas toilet di lokasi tersebut sehingga wisatawan tidak mengalami kesulitan saat membutuhkannya.
Pengunjung yang berada di area depan mangrove tidak perlu menuju ke area dermaga jika memerlukan fasilitas toilet, karena telah tersedia di lokasi tersebut.
Tersedianya area parkir di Wori Mangrove Park memberikan kemudahan bagi pengunjung dalam memarkirkan kendaraannya. Keamanan lokasi juga terjamin, karena masyarakat sekitar turut berperan bersama pengelola dan pemerintah desa dalam menjaga kendaraan milik pengunjung.
Di area dermaga Wori Mangrove Park terdapat sebuah kafe yang menyajikan beragam hidangan khas Sulawesi Utara. Pengunjung dapat menikmati berbagai pilihan makanan, mulai dari cemilan hingga makanan utama, serta aneka minuman baik panas maupun dingin.
Tersedianya tempat sampah yang memadai dan mudah dijangkau di Wori Mangrove Park diharapkan mendorong pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya, sehingga kebersihan dan kenyamanan kawasan wisata tetap terjaga.
Fasilitas kolam ini dapat digunakan oleh seluruh pengunjung tanpa dikenakan biaya tambahan, sehingga bagi pengunjung yang ingin mandi atau berendam dapat menikmati layanan ini secara gratis.
Wori Mangrove Park menyediakan beragam pilihan minuman, mulai dari yang panas, hangat, hingga dingin, dengan harga yang ramah di kantong. Pengunjung yang merasa haus dapat membeli minuman di kafe yang tersedia. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai maupun melalui QRIS.
Mangrove Park yang terletak di Desa Wori menjadi habitat alami bagi 13 jenis burung, seperti cucak kutilang, gagak, cekakak sungai, burung madu sriganti, remetuk laut, pergam laut, kepudang sungur, walet putih, kapasan Sulawesi, kokokan laut, cangak laut, cangak merah, serta kekep babi.
Selain itu, kawasan ini juga ditumbuhi oleh empat jenis tumbuhan mangrove, yaitu
Sonneratia Alba.
Sonneratia alba, atau yang lebih dikenal sebagai perepat, merupakan salah satu jenis mangrove yang umumnya tumbuh di wilayah pesisir dengan substrat berupa pasir berkarang maupun lumpur berpasir. Tanaman ini dapat mencapai tinggi hingga 40 meter.
Akar nafasnya berbentuk kerucut dan tumbuh secara vertikal. Batangnya memiliki kulit berwarna abu-abu hingga cokelat muda dengan tekstur kasar, retak-retak, dan mudah mengelupas.
Daunnya berwarna hijau, berbentuk bulat telur terbalik dengan ujung tumpul, tersusun secara berpasangan dan termasuk daun tunggal. Bunganya bersifat biseksual dan biasanya tumbuh soliter dalam kelompok yang terdiri dari 1 hingga 3 bunga.
Buahnya berbentuk bulat agak pipih, bertangkai di ujungnya, dan bagian dasarnya tertutup oleh kelopak bunga. (Tomlinson, 1986).
Rhizopohra Apiculata
Rhizophora apiculata umumnya tumbuh di daerah berlumpur dengan tekstur halus yang tergenang saat pasang normal. Tanaman ini lebih menyukai habitat pasang surut yang mendapat aliran air tawar secara terus-menerus.
Dikenal juga sebagai bakau minyak, jenis mangrove ini dapat mencapai tinggi hingga 30 meter dan memiliki akar tunjang yang sangat mencolok.
Daunnya berbentuk lonjong dengan ujung runcing, berwarna hijau tua di bagian atas dan kemerahan di bagian bawah. Pohon ini memiliki akar penopang yang tampak mencuat dari tanah, dan kulit batangnya berwarna abu-abu gelap. (Tomlinson, P. B., 1986).
Avicennia Marina
Api-api Jambul banyak ditemukan di ekosistem mangrove yang terletak paling luar atau dekat dengan lautan. Hidup di tanah berlumpur agak lembek atau dangkal, dengan substrat berpasir, sedikit bahan organik dan kadar garam tinggi (Afzal et al., 2011).Avicennia marina, yang dikenal dengan sebutan api-api jambul, merupakan jenis mangrove yang memiliki akar napas (pneumatofora) yang mencuat dari permukaan tanah.
Daunnya berbentuk lonjong, dengan ujung yang tumpul dan pangkal datar. Bagian atas daunnya berwarna hijau mengilap, sementara bagian bawahnya memiliki warna putih atau abu-abu dan dilengkapi dengan bulu halus. (Afzal, M., Yusoff, I., Firdaus, R. R., & Samsudin, R. W. (2011).
Bruguiera Gymnorrhiza
Bruguiera gymnorrhiza, yang dikenal sebagai tancang, merupakan pohon hijau abadi dengan kulit batang berwarna abu-abu hingga hitam. Daunnya tumbuh berpasangan secara berlawanan, bertangkai panjang, bertekstur seperti kulit, dan berbentuk lonjong meruncing di kedua ujungnya. Bunganya muncul secara tunggal di ketiak daun, dengan mahkota berwarna merah keunguan berbentuk seperti lonceng.
Mahkota terdiri dari 8 hingga 12 helai berbentuk memanjang, dan memiliki kelopak serta mahkota dengan jumlah yang sama, masing-masing bercabang dua di ujungnya dan ditumbuhi rambut halus. Tumbuhan ini memiliki banyak benang sari, ovarium terletak di bagian bawah, dan buah berbentuk kerucut. (Tomlinson, P.B., 1986).
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa lokasi wisata Mangrove Park di Desa Wori Kabupaten Minahasa Utara telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti: Gazebo, kafe, toilet, kolam renang, aula, jalur kayu (track), untuk menyusuri kawasan mangrove, serta tempat parkir yang memadai.
Fasilitas tersebut mampu eningkatkan kenyamanan bagi pengunjung.Dari kesimpulan dapat disarankan :
Meningkatkan pelayanan/service dengan baik kepada pengunjung atau wisatawan.
Upaya promosi terhadap lokasi wisata Mangrove Park di Desa Wori perlu ditingkatkan guna menarik minat para pengunjung.
Fasilitas yang telah tersedia harus terus dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya oleh pemerintah agar tetap layak digunakan.
Selalu menjaga kebersihan, keamanan dan keindahan di lokasi wisata Mangrove Park di Desa Wori.
Dapat menjadi penelitian selanjutnya untuk menggali informasi lebih dalam di lokasi wisata.
Penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di lokasi wisata mangrove untuk menjaga kelestarian lingkungan. (**)