Angka Kematian Akibat Penyakit Stroke di Indonesia Masih Tinggi

326
dr Ita Muharim, Sp.S.(ist)

MANADO – RSUP Prof Dr R D Kandou Manado berkolaborasi dengan RS Pusat Otak Nasional (PON) dan Kementerian Kesehatan RI menggelar Workshop Code Stroke dan Trombolisis yang dimulai 2 – 5 September 2025.

Workshop ini bukan sekadar pertemuan biasa, melainkan wadah untuk mengasah kemampuan tim medis di Sulawesi Utara dalam menangani pasien stroke secara cepat dan tepat

Sebagai rumah sakit rujukan RSUP Prof Dr R D Kandou Manado yang dipimpin Prof Dr dr Starry Rampengan Sp.JP(K) FIHA MARS mengambil peran penting bagi rumah sakit daerah lainnya di wilayah Indonesia Timur.

Seperti diketahui penyakit Stroke terjadi ketika suplai darah ke bagian otak berkurang karena penyumbatan atau ketika pembuluh darah di otak pecah.

Serangan stroke dapat terjadi secara tiba-tiba dan harus ditangani segera karena dapat menjadi kondisi yang membahayakan.

Apabila tidak ditangani segera, stroke dapat menyebabkan kerusakan otak yang berkepanjangan, kecacatan jangka panjang, atau bahkan kematian.

Di Indonesia, angka kematian akibat stroke masih tinggi, terutama karena terbatasnya layanan yang tersedia.

Menurut ketua tim Stroke dr Ita Muharim Sp.S ketua tim stroke tujuan utama workshop ini adalah meningkatkan kemampuan tim medis agar bisa memberikan layanan yang cepat dan tepat bagi pasien.

Stroke karena sumbatan bisa langsung diberi obat. Tapi untuk stroke akibat pendarahan, CT scan sangat penting untuk memastikan diagnosis. Jika penanganan bisa cepat, pasien akan sembuh.

Jika ada gejala seperti separuh badan lemas atau tiba-tiba tidak bisa bicara, segera bawa pasien ke rumah sakit yang memiliki fasilitas CT scan.

Pada kegiatan tersebut juga di gelar Simulasi,
untuk memperkuat tim penanganan stroke, workshop ini tidak hanya memberikan teori.

Sebanyak delapan tim dari berbagai rumah sakit di Sulawesi Utara, seperti RS ODSK, RS Ratatotok dan RS Kota Manado, mengikuti simulasi kasus nyata.

Mereka dihadapkan pada skenario berbeda dan ditantang untuk menunjukkan kesiapan dalam penanganan pasien

“Setelah simulasi, kami akan berdiskusi untuk memperdalam pemahaman. Harapan kami, saat kembali ke rumah sakit masing-masing, simulasi ini bisa menjadi panduan praktis,” jelas dr Ita.

Ia menambahkan pentingnya koordinasi tim medis setiap rumah sakit.

Penanganan stroke tidak bisa dilakukan sendirian; butuh kolaborasi solid tim medis yang terdiri dari dokter, perawat, dan lainnya.

“Kesiapan tim inilah yang kita latih sekarang. Kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri. Koordinasi sangat krusial,” pungkasnya. (ben)