
MANADO – Hoaks menjadi salah satu tantangan dalam kehidupan digital masyarakat apalagi menjelang Pemilu 2024.
Hoaks bisa merusak integritas pemilu, mengancam kepercayaan publik terhadap proses pemilihan, bahkan dapat mempengaruhi hasil dari pemilihan itu sendiri.
Ini menjadi pembicaraan dalam Seminar Lawan Misinformasi untuk Pemilu Sehat di Aula Kantor Wali Kota Manado, Sulawesi Utara, Kamis (10/8/2023).
Perlu peningkatan kapasitas masyarakat agar tidak mudah percaya dan dapat mengidentifikasi hoaks dengan beragam tools yang ada.
“Maliformasi itu bisa merusak kredibilitas seseorang. Buat orang celaka dan sebagainya,” kata Komisioner Bawaslu Sulut, Steffen Linu.
Ketua Relawan TIK Sulawesi Utara, Yaulie Rindengan, mengungkapkan literasi digital menjadi kunci agar proses pemilu bisa bebas dari hoaks dan misinformasi.
Menjelang pilkada medsos rawan jadi wadah pencemaran nama baik dan ujaran kebencian.
“Karena itu, sangat penting dilakukan edukasi dan literasi digital,” tutur dia.
Esther Samboh, Manajer Kebijakan Publik WhatsApp Indonesia yang tampil memberi materi menyampaikan WhatsApp berkomitmen mendukung literasi digital.
Namun dalam hal mencegah hoaks, lanjut Esther, WhatsApp membatasi pesan terusan dibagikan berulang-ulang.
“Pesan yang diteruskan berulang-ulang perlu membuat kita berhati-hati,” kata Esther.
Diketahui, ICT Watch bersama WhatsApp Indonesia, dengan dukungan Bawaslu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), GNLD Siberkreasi dan Relawan TIK, mengadakan roadshow Edukasi Literasi Digital di 8 kota yang masuk dalam 10 daerah dengan Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) paling tinggi dalam Pemilu 2024.
Kedelapan kota itu adalah Ternate (Maluku Utara), Manado (Sulawesi Utara), Pekanbaru (Riau), Kupang (Nusa Tenggara Timur), Samarinda (Kalimantan Timur), Jakarta, Jayapura (Papua) dan Bandung (Jawa Barat). (*/don)