
WASHINGTON: Pertemuan puncak pemimpin Korea Selatan Yoon Suk Yeol dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di KTT Yoon dengan Biden pada Rabu 26 April mendatang, membahas hal penting.
Biden menjanjikan komitmen negaranya untuk mencegah serangan nuklir Korea Utara di Korea Selatan.
“Kami bekerja secara luar biasa dan intensif dengan Korea Selatan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menopang persepsi publik dan realitas komitmen kami,” kata seorang pejabat senior AS kepada Reuters, Jumat (21/4/2023).
Pejabat tersebut mengatakan bahwa itu salah satu pencapaian terbesar AS yang dipilih oleh sejumlah negara Indo-Pasifik yang dapat membuat senjata nuklir karena perlindungan yang disebut payung nuklir AS.
“Sangat jelas bahwa komitmen kami terhadap pencegah nuklir itu berlaku, kuat untuk Korea Selatan,” kata pejabat itu, yang tidak mau disebutkan namanya.
“Presiden Biden akan membicarakan langkah substansial. Ini memperjelas bahwa setiap orang memiliki sedikit keraguan tentang komitmen kami untuk berdiri bersama Korea Selatan, bahkan dalam menghadapi provokasi dari Korea Utara, serangan dari Rusia, dan terus terang berambisi membangun nuklir di pihak China,” katanya.
Kunjungan kenegaraan Yoon selama seminggu di AS karens warga Korea Selatan mengatakan negara mereka harus mengembangkan persenjataan nuklirnya untuk menjaga dari serangan Korea Utara yang bersenjata nuklir dan persenjataan misil dan bomnya yang semakin meluas.
Pejabat itu tidak merinci kecuali mengatakan langkah itu akan melibatkan “berbagai hal dari jenis perhitungan tertentu.
Dalam jajak pendapat oleh Asan Institute for Policy Studies di Seoul, 64,3 persen warga Korea Selatan mendukung pengembangan senjata nuklir dengan 33,3 persen menentang. Survei menunjukkan 52,9 persen warga Korea Selatan yakin AS akan menggunakan senjata nuklir untuk membela Korea Selatan jika terjadi serangan nuklir oleh Korea Utara.
Tetapi jumlahnya turun menjadi 43,1 persen ketika responden ditanya apakah menurut mereka AS akan mempertaruhkan keselamatannya untuk membela Korea Selatan, dengan 54,2 persen mengatakan AS tidak akan mengambil risiko seperti itu. (*/red)